Last Mile Delivery di Indonesia: Biaya, Regulasi, dan Strategi Efisien untuk Bisnis & Individu

Last Mile Delivery merupakan tahap krusial sekaligus paling mahal dalam rantai logistik, karena biaya operasionalnya bisa menyumbang hingga 53% dari total biaya pengiriman—khususnya untuk e-commerce B2C, di mana kompleksitas dan fragmentasi rute sangat tinggi.

Tak hanya itu, menurut laporan Fareye, hingga 53% dari total biaya pengiriman dialokasikan untuk tahap ini, mempertegas urgensinya bagi bisnis dan konsumen

Baca juga: Letter of Credit: Panduan Lengkap yang Harus Anda Ketahui

Table of Contents

Di Indonesia, tantangan ini semakin kompleks karena kondisi geografis kepulauan, infrastruktur yang belum merata, serta dominasi metode pembayaran COD (Cash on Delivery).

Tak hanya e-commerce, bisnis ritel, UMKM, hingga individu yang mengirim kendaraan atau barang besar ikut terkena dampak biaya tinggi ini.

Di sinilah pentingnya memilih partner logistik yang bukan hanya cepat, tapi juga transparan dan solutif seperti NDE Cargo.

Apa Itu Last Mile Delivery dan Mengapa Penting?

Last mile delivery adalah perjalanan terakhir barang dari titik distribusi ke pelanggan. Meski jaraknya relatif pendek dibanding jalur darat antar kota atau laut antar pulau, proses ini justru paling rumit.

Penyebabnya: kebutuhan akan kecepatan, ekspektasi pelanggan terhadap ongkir murah atau gratis, serta fragmentasi alamat tujuan yang sangat beragam.

Bagi bisnis, kualitas last mile bisa menentukan tingkat kepuasan pelanggan. Satu keterlambatan atau barang rusak bisa langsung memengaruhi reputasi brand.

Biaya Last Mile: Kenapa Bisa Mahal?

Stop Density Rendah

Salah satu alasan utama biaya last mile tinggi adalah rendahnya stop density, yaitu jumlah paket yang bisa dikirim dalam satu rute.

Jika kurir harus mengantar ke alamat yang tersebar jauh satu sama lain, maka waktu tempuh, konsumsi bahan bakar, dan biaya operasional jadi lebih besar. Semakin sedikit paket per rute, semakin mahal pula biaya per paket.

Gagal Kirim

Pengiriman yang gagal juga menambah biaya besar. Alamat yang tidak jelas, penerima yang tidak ada di tempat, atau penolakan paket dapat menyebabkan kurir harus melakukan pengiriman ulang.

Hal ini bukan hanya menambah biaya bahan bakar dan tenaga kerja, tapi juga memperpanjang waktu pengiriman sehingga merugikan penyedia layanan dan menurunkan kepuasan pelanggan.

Biaya Operasional Tinggi

Faktor lain adalah tingginya biaya operasional sehari-hari, mulai dari bahan bakar, tol, hingga gaji kurir.

Perawatan kendaraan juga menjadi komponen penting karena armada yang rusak atau tidak efisien bisa mengganggu produktivitas. Semua pengeluaran ini, meski terlihat rutin, bila dikumpulkan bisa membentuk proporsi besar dari biaya last mile.

Reverse Logistics

Reverse logistics atau pengembalian barang juga menjadi beban biaya. Barang retur, baik karena gagal kirim maupun karena pelanggan melakukan pengembalian, memerlukan rute tambahan untuk kembali ke gudang atau penjual.

Proses ini mengonsumsi waktu, bahan bakar, dan tenaga kerja ekstra, sehingga menambah total ongkos logistik secara signifikan.

Baca juga: Proses Pengiriman Cargo: Panduan Lengkap yang Harus Anda Ketahui

Regulasi Terbaru yang Mengubah Permainan

Last Mile Delivery

Regulasi Gratis Ongkir Maksimal 3 Hari/Bulan

Kebijakan ini berasal dari Peraturan Menteri Komunikasi dan Digital (PermenKomdigi) Nomor 8 Tahun 2025, yang membatasi durasi diskon biaya kirim di bawah tarif dasar (yang mencakup biaya kurir dan angkutan) menjadi maksimal tiga hari per bulan.

Secara spesifik, Pasal 45 Ayat 3–4 menyatakan bahwa diskon di bawah biaya pokok hanya boleh diberikan selama tiga hari dalam sebulan.

Tujuannya adalah menjaga keberlanjutan layanan dan mencegah persaingan harga yang merugikan baik perusahaan logistik maupun kesejahteraan para kurir.

Importannya, e-commerce masih bisa memberikan gratis ongkir sebagai bagian dari promosi mereka, aturan ini hanya mengatur diskon dari pihak kurir, bukan marketplace.

Pajak 0,5% Transaksi Marketplace

Indonesia sedang menerapkan kebijakan baru dimana platform e-commerce diwajibkan menahan dan menyetorkan 0,5% pajak penghasilan (PPh Pasal 22) dari transaksi penjual yang memenuhi kriteria terutama pedagang dengan omzet antara Rp500 juta hingga Rp4,8 miliar per tahun.

Menurut Reuters, regulasi ini ditujukan untuk menekan ekonomi gelap (“shadow economy”) dan meningkatkan kepatuhan pajak. Implementasi akan memulai dari platform besar seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, TikTok Shop, Blibli, dan Bukalapak .

Tantangan Khas Last Mile di Indonesia

Indonesia memiliki tantangan unik, berikut ini beberapa tantangannya:

Geografi Kepulauan

Indonesia terdiri dari lebih dari 17 ribu pulau, sehingga distribusi logistik tidak bisa hanya mengandalkan satu moda transportasi. Kombinasi darat, laut, dan udara sering kali diperlukan untuk menjangkau lokasi terpencil.

Kondisi ini membuat biaya pengiriman lebih tinggi dan waktu tempuh lebih lama dibandingkan negara dengan wilayah daratan luas.

Infrastruktur Tak Merata

Tidak semua daerah di Indonesia memiliki infrastruktur yang baik. Masih banyak jalan rusak, akses transportasi terbatas, dan daerah terpencil yang sulit dijangkau kendaraan besar.

Hal ini menyebabkan kurir membutuhkan waktu dan biaya tambahan, yang akhirnya menambah ongkos logistik secara keseluruhan.

Dominasi COD (Cash on Delivery)

Banyak konsumen Indonesia masih memilih metode pembayaran COD karena dianggap lebih aman dan praktis.

Namun, bagi penyedia logistik, COD berisiko tinggi: mulai dari penolakan barang, gagal bayar, hingga keterlambatan arus kas. Situasi ini juga menambah potensi retur, yang pada akhirnya meningkatkan biaya operasional last mile.

Harapan Konsumen “Gratis Ongkir”

Kebiasaan konsumen yang mengharapkan gratis ongkir, terutama karena seringnya promo dari marketplace besar, membuat penyedia logistik harus menanggung beban biaya yang sebenarnya tinggi.

Tantangan ini mendorong perusahaan untuk mencari cara inovatif dalam menekan ongkos, tanpa mengorbankan kualitas layanan.

Pengiriman Barang Bernilai Tinggi

Selain paket kecil, Indonesia juga memiliki permintaan tinggi untuk pengiriman barang bernilai tinggi seperti mobil, motor, atau alat berat. Tantangannya adalah menjaga keamanan dan memastikan perlindungan barang dari risiko kerusakan atau kehilangan.

Proses ini membutuhkan koordinasi khusus, mulai dari izin akses jalan, penggunaan alat berat seperti crane, hingga layanan asuransi yang memadai.

Last Mile untuk Barang Besar & Bernilai Tinggi

Pengiriman barang besar seperti mobil, motor, dan alat berat memiliki tantangan tersendiri yang jarang dibahas dalam artikel logistik pada umumnya. Untuk memastikan keamanan dan kelancaran proses distribusi, ada beberapa hal yang wajib diperhatikan.

Pertama adalah izin akses jalan. Barang berukuran besar membutuhkan jalur khusus, karena ada aturan tonase dan dimensi kendaraan yang harus dipatuhi agar tidak menimbulkan masalah di jalan. Tanpa izin yang jelas, risiko keterlambatan atau hambatan distribusi semakin tinggi.

Kedua, proses bongkar muat tidak bisa dilakukan sembarangan. Diperlukan peralatan khusus seperti crane atau forklift agar barang bernilai tinggi tetap aman ketika dipindahkan.

Selain meminimalkan risiko kerusakan, penggunaan alat bantu ini juga membuat pekerjaan lebih efisien dibandingkan tenaga manual.

Selain itu, dokumentasi yang detail juga sangat penting. Barang besar dan bernilai tinggi memerlukan pencatatan kondisi sebelum dikirim, surat jalan resmi, serta dokumen pendukung lainnya.

Dokumentasi ini berfungsi sebagai bukti jika terjadi masalah di perjalanan, sekaligus memberikan rasa aman bagi pengirim maupun penerima.

Tidak kalah penting, semua pengiriman barang bernilai tinggi sebaiknya dilindungi dengan asuransi khusus. Hal ini memberikan jaminan ganti rugi jika terjadi kerusakan atau kehilangan selama perjalanan.

Bagi pelanggan, adanya asuransi membuat proses pengiriman terasa lebih tenang karena risiko sudah terantisipasi.

Baca juga: Certificate of Origin: Pengertian, Fungsi, Proses, dan Manfaatnya dalam Perdagangan Internasional

Tips Praktis Optimalkan Last Mile Delivery

Supaya proses pengiriman lebih lancar, aman, dan efisien, ada beberapa langkah sederhana yang bisa kamu terapkan dalam memilih maupun menjalankan layanan last mile delivery.

1. Packing Aman

Pengemasan yang tepat sangat penting untuk menjaga kondisi barang selama perjalanan.

Gunakan material pelindung seperti bubble wrap, kardus tebal, atau kayu untuk barang berat, sehingga risiko kerusakan akibat benturan atau guncangan bisa diminimalkan.

2. Pilih Moda Transportasi Sesuai Kebutuhan

Setiap jenis barang memiliki kebutuhan transportasi yang berbeda. Jalur darat cocok untuk volume besar di dalam pulau, jalur laut efisien untuk antar pulau dengan biaya lebih hemat, sementara jalur udara pas untuk kiriman cepat dan mendesak.

Memilih moda transportasi yang tepat akan membantu menekan biaya sekaligus menjaga SLA (Service Level Agreement).

3. Gunakan Tracking Real-Time

Fitur pelacakan real-time membuat pengirim dan penerima bisa memantau posisi barang kapan saja.

Selain memberikan rasa aman, tracking juga membantu mengantisipasi jika terjadi keterlambatan atau kendala di perjalanan, sehingga langkah tindak lanjut bisa segera dilakukan.

4. Asuransi untuk Keamanan Ekstra

Untuk barang bernilai tinggi, asuransi adalah perlindungan tambahan yang sangat penting.

Dengan adanya asuransi, pengirim bisa lebih tenang karena jika terjadi kerusakan atau kehilangan, akan ada jaminan kompensasi sesuai nilai barang.

5. Evaluasi Partner Logistik

Tidak semua penyedia jasa logistik punya kualitas layanan yang sama. Pastikan kamu memilih partner logistik yang memiliki reputasi baik, SLA yang jelas, serta biaya yang transparan.

Hal ini akan meminimalkan risiko sekaligus memastikan pengalaman pengiriman yang lebih profesional dan terpercaya.

Kesimpulan

Last Mile Delivery memang menantang dan menyedot biaya besar—apalagi di kondisi geografis dan regulasi Indonesia.

Tapi, dengan strategi yang tepat dan partner seperti NDE Cargo—layanan lengkap, real-time tracking, asuransi, harga transparan—semua bisa jadi lebih mudah dan aman.

Mau tahu estimasi ongkir untuk kirimanmu?

Kunjungi NDE Cargo atau hubungi layanan pelanggan kami di 0822-6119-7289  untuk informasi lebih lanjut dan pemesanan.